Tuesday, March 24, 2015

Resensi Buku non Fiksi - Jurus Jitu Menulis Artikel

Di Indonesia, banyak sekali orang – orang yang cerdas namun tidak dapat membagi ilmu dengan sesamanya sehingga ilmunya hanya digunakan untuk diri sendiri atau individu. Padahal masih banyak orang – orang yang masih membutuhkan banyak wawasan dan pengetahuan. Maka dari itu, diciptakanlah buku yang berjudul “Jurus Jitu Nulis Artikel”  karangan Nurudin selaku penulis dan trainer penulis.
Penulisan buku ini dilator belakangi dari keprihatinan penulis akan tiadanya buku yang membahas tentang bagaimana membangkitkan roh keyakinan dalam menulis artikel. Buku yang membahas tentang teknis penulisan sudah banyak, tetapi buku yang dihasilkan dari pengalaman bertahun- tahun dan menyentuh masalah dasar menulis artikel tidak ada. Banyak penulis buku lain yang terkesan teoritis. Dengan adanya buku ini maka diharapkan orang- orang cerdas dapat memulai menulis artikel dan menyumbangkan pengetahuan dan wawasannya untuk masyarakat luas.
Buku Jurus Jitu Nulis Artikel karangan Nuridin yang diresensi ini merupakan cetakan pertama, diterbitkan oleh Penerbit Ghalia Indonesia pada tahun 2011, berisi 184 halaman, tebalnya 115 x 200 mm, dan memliki nomer ISBN yakni 978-979-450-660-8. Jadi buku ini merupakan buku asli yang hak ciptanya dilindungi oleh undang – undang.
Salah satu hal yang dibahas didalam buku ini adalah biasakan pakai outline untuk menulis sebuah artikel. Kalimat yang akan kita susun itu masih perlu dipilah – pilah. Termasuk pula, agar tidak terjadi pengulangan pembahasan. Outline akan memberi petunjuk penulis bagaimana dan kemana ia menggerakkan atau mengarahkan tulisannya. Selain itu, menulis pakai outline membuat tulisan yang dibuat lebih runtut. Dalam membuat outline, kita juga harus hati- hati, sebab tanpa perencanaan yang matang, bias jadi kita membuat outline yang kalau ditulis nanti, sangat panjang. Outline sifatnya hanya untuk penolong saja. Outline masih bias dikembangkan dengan anak kalimat dari outline itu sendiri. Kalau masih belum puas, bisa dikembangkan lagi. Jika setelah diuraikan satu per satu, banyak sekali bahasan yang akan kita kemukakan, lebih baik dijadikan dua outline. Dengan dua outline maka artinya anda akan dapat membuat dua artikel sekaligus dalam sekali kerja. 
Buku ini cocok dibaca oleh para calon penulis dan juga para pakar  yang memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas. Buku ini memiliki banyak keuntungan. Bahasa yang digunakan sangat komunikatif. Selain itu, pada setiap sub bab, anda akan menemukan berbagai kata- kata bijak dari orang terkenal di dunia. Selain itu, materi yang cukup banyak ini dikemas begitu singkat tanpa memberikan efek bosan. Dan yang terpenting, buku ini memiliki ringkasan yang ada pada akhir dari sub bab pembahasan.
Sayangnya, setiap buku pasti memiliki kekurangan masing – masing. Untuk buku ini, tidak memiliki teori- teori yang konkret sehingga berkesan buku yang terlalu banyak basa – basi. Selain itu, buku ini tidak disertai dengan gambar- gambar penunjang sehingga tidak memaparkan informasi secara detail.
Read More

Thursday, March 19, 2015

Pidato Basa Jawa - Perpisahan Kelas Sanga

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu
Bapak kepala sekolah ingkang minulya, bapak saha ibu guru dahat kinurmatan. Kaliyan kanca – kanca sedaya ingkang kula tresnani.
Saderengipun sumangga kita sedaya ngaturaken puji syukur dhumateng ngarsanipun Gusti ingkang Maha Agung, ingkang sampun paring kawilujengan arupi kasarasan, satemah panjenengan lan kula saged makempal wonten ing adicara punika kanthi bagya mulya.
Wonten ing adicara perpisahan kelas 9 punika, kepareng kawula minangka sesulih saking kelas sanga ngaturaken sesorah. Sampung tigang taun kula sakanca sekolah wonten smp 1 wonsobo punika. Kula sakanca ngaturaken agunging panuwun kagem bapak saha ibu guru ingkang sampun maringi ilmu kagem kita sedaya. Anggenipun pados ilmu wonten sekolah, kula sakanca asring ndamel bapak saha ibu guru duka, nanging panjenengan sedaya tansah sabar anggenipun ndhidhik kita.
Ingkang salajengipun, kula minangka sesulihipun kelas 9 badhe nyuwun gunging pangapunten mbok bilih salebetipun kula dipundhidhik temtu kathah sanget kelepatan kula, pramila kersa bapak saha ibu guru nglunturaken sih pangapunten dhateng kula. Kula sakanca ugi nyuwun pangapunten kagem para rayi kelas anggenipun wonten ing sekolah kita asring ngganggu sampeyan.
Ingkang pungkasan, kula sakanca nyuwun donga pangestunipun bapak saha ibu guru, mugi – mugi kula sakanca dipunparingi gampil anggenipun pados sekolah kaliyan nggayuh gegayuhan. Kula sakanca ugi ndonga mugi – mugi SMP 1 Wonosobo kedah tambah majeng kaliyan tambah sae.
Cekap semanten atur kula, menawi wonten kalepatan kula nyuwun agunging samodra pangaksami. Mugi – mugi ingkang kula aturaken kala wau migunani tumrap kula kaliyan panjenengan sedaya.
Kula pungkasi, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu

Read More

Monday, March 16, 2015

Resensi Novel - Seek & Dream Come True

Buku yang berjudul “seek & dream come true” merupakan sebuah buku fiksi untuk kalangan remaja. Buku ini berisi tentang cerita  akhlak mulia yang berguna untuk membangun karakter diri. Jadi para pembaca akan mendapatkan berbagai nilai moral dan agama yang terkandung didalam buku. Novel ini menyajikan berbagai alur kisah yang sangat menarik untuk dibaca oleh si pembaca. Buku karangan Fadila Adefia Utami ini sangat religius.
Novel Seek & Dream Come True cocok dibaca oleh remaja dan dewasa. Novel ini mengisahkan tentang penyarian dan penemuan jatidiri yang pelik dan dramatis. Diwarnai dengan semangat pantang menyerah, persahabatan yang kuat, dan cinta terhadap orangtua dan sesama. Keseluruhan cerita dijalin dalam bahasa yang hidup, deskriptif, dan pembangunan tokoh yang kuat. Ditambah dengan keberanian mengembangkan imajinasi untuk memasuki wilayah cerita (setting) yang luas, hingga ke beberapa negara dengan tak lupa memberikan beberapa catatan khusus tentangnya, cerita ini menjadi bertambah kaya dan inspiratif. Pesan akhlak dan moralitas keislamannya disampaikan dengan cara halus dan tersirat, sehingga cerita ini, meskipun mampu menggugah dan mengharukan, tidak terasa menggurui. Penulisnya sangat berbakat dan sudah siap menjadi pengarang profesional. Selain itu, didalam novel berisi gambar – gambar dan puisi – puisi yang menggugah semangat para pembaca. Buku ini juga berisi kata – kata mutiara dari berbagai orang terkemuka di dunia yang dikutip oleh si penulis.

Judul
: Seek & Dream Come True
Jenis
: Fiksi
Penulis
: Fadila Adefia Utami
Penerbit
: PT Senama Sejahtera Utama
Cetakan
: I
Tahun Terbit
: 2009
Jumlah Halaman
: 112
ISBN/ISSN
: 978-979-19309-1-8










Cerita ini berawal dari seorang anak yang bernama Diana, dia adalah anak dari seorang pekerja di PT Brahmana dan ibu rumah tangga. Umurnya 15 tahun. Diana adalah seorang anak SMA dan ini merupakan hari pertamanya sekolah. Dia memiliki sahabat seperti Anisa dan Moza. Namun, Moza lah sahabat terbaik Diana karena mereka sering melakukan hal – hal bersama – sama. Tak disangka beberapa hari kemudian Moza harus meninggalkan Diana karena harus pindah ke Yogyakarta bersama orangtuanya. Kemudian, Diana menyadari bahwa dirinya ternyata bukan anak kandung kedua orang tuanya. Berbagai cobaan dilalui oleh Diana dengan sabar.
Beberapa tahun kemudian, Diana berusaha mencari kedua orang tuanya yang ada di Prancis. Akhirnya Diana menemukan kedua orangtuanya yang asli namun dia tetap memilih dengan kedua orangtua angkatnya.
Sayangnya, buku ini jalan ceritanya kurang dipaparkan secara nyata dan jelas, selain itu menggunakan bahasa – bahasa gaul yang kadang tidak dipahami oleh sebagian orang.
Novel ini pantas dijadikan sebagai sebuah resensi karena novel ini sangat unik dan menarik untuk dibaca oleh masyarakat terutama remaja. Karena novel ini mengandung banyak sekali pelajaran – pelajaran berharga tentang kehidupan di dunia ini.
Read More

Friday, March 13, 2015

Mensyukuri Nikmat Allah



Ketika nabi Sulaiman as. mendapatkan puncak kenikmatan dunia, beliau mengatakan,“Ini adalah bagian dari karunia Allah, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur.” (QS An-Naml 40). Ketika Qarun mendapatkan harta yang sangat banyak, dia mengatakan, “Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali  dari hasil kehebatan ilmuku.” (QS Al-Qashash 78).

Dua kisah yang bertolak belakang di atas menghasilkan akhir kesudahan yang berbeda. Nabi Sulaiman as mendapatkan karunia di dunia dan akhirat. Sedangkan Qarun, mendapat adzab di dunia dan akhirat karena kekufurannya akan nikmat Allah.

Demikianlah bahwa fragmen hidup manusia tidak terlepas dari dua golongan tersebut. Golongan pertama, manusia yang mendapatkan nikmat Allah dan mereka mensyukurinya dengan sepenuh hati. Dan golongan kedua, manusia yang mendapatkan banyak nikmat lalu mereka kufur. Golongan pertama yaitu para nabi, shidiqqin, syuhada dan shalihin (QS 4: 69-70). Golongan kedua mereka inilah para penentang kebenaran, seperti Namrud, Fir’aun, Qarun, Abu Lahab, Abu Jahal dan para pengikut mereka dari masa ke masa.  

Secara umum bahwa kesejahteraan, kedamaian dan keberkahan merupakan hasil dari syukur kepada Allah sedangkan kesempitan, kegersangan dan kemiskinan akibat dari kufur kepada Allah. (QS An Nahl 112)

Nikmat Allah
Betapa zhalimnya manusia, bergelimang nikmat Allah tetapi tidak bersyukur kepada-Nya (QS 14: 34). Nikmat yang Allah berikan kepada manusia mencakup aspek lahir (zhaahirah)  dan batin (baatinah) serta gabungan dari keduanya. Surat Ar-Rahman menyebutkan berbagai macam kenikmatan itu dan mengingatkan kepada manusia akan nikmat tersebut dengan berulang-ulang selama 31 kali, “ Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”

Baca dan tadabburilah surat Ar-Rahman. Allah yang Maha Penyayang memberikan limpahan nikmat kepada manusia dan tidak ada satu mahlukpun yang dapat menghitungnya.  Dari awal  sampai akhir surat Ar-Rahman, Allah merinci nikmat-nikmat itu.

Dimulai dengan ungkapan yang sangat indah, nama Allah, Dzat Yang Maha Pemurah, Ar-Rahmaan. Mengajarkan Al-Qur’an, menciptakan manusia dan mengajarinya pandai berkata-kata dan berbicara. Menciptakan mahluk langit dengan penuh keseimbangan, matahari, bulan dan bintang-bintang. Menciptakan bumi, daratan dan lautan dengan segala isinya semuanya untuk manusia. Dan menciptakan mausia dari bahan baku yang paling baik untuk dijadikan mahluk yang paling baik pula. Kemudian mengingatkan manusia dan jin bahwa dunia seisinya tidak kekal dan akan berakhir. Hanya Allah-lah yang kekal. Disana ada alam lain, akhirat. Surga dengan segala bentuk kenikmatannya dan neraka dengan segala bentuk kengeriannya. “Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?”

Sarana Hidup ( Wasa-ilul Hayah)
Sungguh Maha Agung nama Rabbmu Yang Mempunyai kebesaran dan karunia. Marilah kita sadar akan nikmat itu dan menysukurinya dengan sepenuh hati. Dalam surat An-Nahl ayat 78, ada nikmat yang lain yang harus disyukuri manusia, “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.

Cobalah renungkan ! Bagaimana jika manusia hidup di dunia dalam kondisi buta, maka dia tidak dapat melihat. Seluruh yang ada dihadapannya adalah sama. Tidak dapat melihat keindahan warna-warni dan tidak dapat melihat keindahan alam semesta. Coba sekali lagi renungkan ! Bagaimana jadinya jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta dan tuli. Maka dia tidak dapat berbuat apa-apa. Dan coba sekali lagi renungkan ! Jika manusia hidup di dunia dalam keadaan buta, tuli dan gila. Maka hidupnya dihabiskan di rumah sakit, menjadi beban yang lainnya. Demikianlah nikmat penglihatan, pendengaran dan akal. Demikianlah nikmat sarana kehidupan (wasail al-hayat).

Pedoman Hidup (Manhajul Hayah)
Sekarang apa jadinya jika manusia itu diberi karunia oleh Allah mata untuk melihat, telinga untuk mendengar dan akal untuk berfikir. Kemudian mata itu tidak digunakan untuk melihat ayat-ayat Allah, telinga tidak digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat Allah dan akal tidak digunakan untuk mengimani dan memahami ayat-ayat Allah. Maka itulah seburuk-buruknya mahluk, mereka itu seperti binatang, bahkan lebih rendah dari binatang. (QS Al-A’raaf 179)

Demikianlah, betapa besarnya nikmat petunjuk Islam (hidayatul Islam) dan pedoman hidup (manhajul hayah).  Nikmat ini lebih besar dari seluruh harta dunia dan seisinya. Nikmat ini mengantarkan orang-orang beriman dapat menjalani hidupnya dengan lurus, penuh kejelasan dan terang benderang. Mereka mengetahui yang hak dan yang batil, yang halal dan yang haram.

Al-Qur’an banyak sekali membuat perumpamaan orang yang tidak menjadikan Islam sebagai pedoman hidup, diantaranya digambarkan seperti binatang secara umum dan  binatang tertentu secara khusus, seperti; anjing, keledai, kera dan babi (QS, 7: 176, 62:5, 8: 55, 5:60). Diumpamakan juga seperti orang yang berjalan dengan kepala (67: 22), buta dan tuli (5:71), jatuh dari langit dan disambar burung (22: 31) kayu yang tersandar (63:4 ) dan lainnya. 


Pertolongan (An-Nashr)
Ada satu bentuk kenikmatan lagi yang akan Allah berikan kepada orang-orang beriman disebabkan mereka  komitmen dengan manhaj Allah dan berdakwah untuk menegakkan sistem Islam, yaitu  pertolongan Allah, “ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu(QS Muhammad 7).

Pertolongan Allah itu sangat banyak bentuknya, diantaranya perlindungan dan tempat menetap (al-iwaa), dukungan Allah sehingga menjadi kuat (ta’yiid), rizki yang baik-baik, kemenangan (al-fath), kekuasaan (al-istikhlaaf), pengokohan agama (tamkinud-din) dan berbagai macam bentuk pertolongan Allah yang lain (QS Al-Anfaal  26, as-Shaaf 10-13 dan An-Nuur 55).

Segala bentuk kenikmatan tersebut baik yang zhahir, bathin, maupun gabungan antara keduanya haruslah direspon dengan syukur secara optimal. Dan dalam bersyukur kepada Allah harus memenuhi rukun-rukunnya.

Rukun Syukur

Para ulama menyebutkan bahwa rukun syukur ada tiga, yaitu I’tiraaf (mengakui), tahaddust (menyebutkan) dan Taat.

Al-I’tiraaf
Pengakuan bahwa segala nikmat dari Allah adalah suatu prinsip yang sangat penting, karena sikap ini muncul dari ketawadhuan seseorang. Sebaliknya jika seseorang tidak mengakui nikmat itu bersumber dari Allah, maka merekalah orang-orang takabur. Tiada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah saja. “ Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji” (QS Fathir 15).

Dalam kehidupan modern sekarang ini, orang-orang sekuler menyandarkan segala sesuatunya pada kemampuan dirinya dan mereka sangat menyakini bahwa kemampuannya dapat menyelesaikan segala problem hidup. Mereka sangat bangga terhadap capaian yang telah dirah dari peradaban dunia, seolah-olah itu adalah hasil kehebatan ilmu dan keahlian mereka. Pola pikir seperti sama dengan pola pikir para pendahulu mereka seperti Qarun dan sejenisnya. “ Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali  dari hasil kehebatan ilmuku” (QS Al-Qashash 78).

Dalam konteks manhaj Islam, pola pikir seperti inilah yang menjadi sebab utama masalah dan problematika yang menimpa umat manusia sekarang ini. Kekayaan yang melimpah ruah di belahan dunia barat hanya dijadikan sarana pemuas syahwat, sementara dunia Islam yang menjadi wilayah jajahannya dibuat miskin, menderita dan terbelakang. Sedangkan umat Islam dan pemerintahan di negeri muslim yang mengikuti pola hidup barat kondisi kerusakannya hampir sama dengan dunia barat tersebut bahkan mungkin lebih parah lagi.

I’tiraaf adalah suatu bentuk pengakuan yang tulus dari orang-orang beriman bahwa Allah itu ada, berkehendak dan kekuasaannya meliputi langit dan bumi. Semua mahluk Allah tidak ada yang dapat lepas dari iradah (kehendak) dan qudrah (kekuasaan) Allah.

At-Tahadduts
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan” (QS Ad-Duhaa 11).

Abi Nadhrah berkata, “ Dahulu umat Islam melihat bahwa diantara bentuk syukur nikmat yaitu mengucapkannya”. Rasul saw. bersabda, “ Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih pada manusia” (HR Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Berkata Al-Hasan bin Ali, “ Jika anda melakukan (mendapatkan) kebaikan, maka ceritakan kepada temanmu”. Berkata Ibnu Ishak, “ Sesuatu yang datang padamu dari Allah berupa kenikmatan dan kemuliaan kenabian, maka ceritakan dan dakwahkan kepada manusia.

Orang beriman minimal mengucapkan hamdalah (Alhamdulillah) ketika mendapatkan kenikmatan sebagai refleksi syukur kepada Allah. Demikianlah betapa pentingnya hamdalah, dan Allah mengajari pada hamba-Nya dengan mengulang-ulang ungkapan Alhamdulillah dalam Al-Qur’an dalam mengawali ayat-ayat-Nya.

Sedangkan ungkapan minimal yang harus diucapkan orang beriman, ketika mendapatkan kebaikan melalui perantaraan manusia, mengucapkan pujian dan do’a, misalnya, Jazaakallah khairan (semoga Allah membalas kebaikanmu). Disebutkan dalam hadits Bukhari dan Muslim dari Anas ra, bahwa kaum Muhajirin berkata pada Rasulullah saw. ,”Wahai Rasulullah saw orang Anshar memborong semua pahala”. Rasul saw. bersabda,” Tidak, selagi kamu mendo’akan dan memuji kebaikan mereka” .

Dan ucapan syukur yang paling puncak ketika kita menyampaikan kenikmatan yang paling puncak yaitu Islam, dengan cara mendakwahkan kepada manusia.

At-Tha’ah
Allah menyebutkan bahwa para nabi adalah hamba-hamba Allah yang paling bersyukur dengan melaksanakan puncak ketaatan dan pengorbanan.  Dan contoh-contoh tersebut sangat nampak pada 5 Rasul utama, nabi Nuh as, nabi Ibrahiim as, nabi Musa as, nabi Isa as dan nabi Muhammad saw. Allah SWT. Menyebutkan tentang Nuh as. “Sesungguhnya dia (Nuh as) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur (QS Al-Israa 3).

Dan lihatlah bagaimana  Aisyah ra menceritakan tentang ketaatan Rasulullah saw. Suatu saat Rasulullah saw. melakukan shalat malam sehingga kakinya terpecah-pecah. Berkata Aisyah ra.,” Engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang ?!.  Berkata Rasulullah saw, “ Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur ? “ (HR Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan dari Atha, berkata, aku bertanya pada ‘Aisyah, “ Ceritkan padaku sesuatu yang paling engkau kagumi yang engkau lihat dari Rasulullah saw .!” Aisyah berkata, “ Adakah urusannya yang tidak mengagumkan ! Pada suatu malam beliau mendatangiku dan berkata,” Biarkanlah aku menyembah Rabbku”. Maka beliau bangkit berwudhu dan shalat. Beliau menangis sampai airmatanya mengalir didadanya, kemudian ruku dan menangis, kemudian sujud dan menangis, kemudian mengangkat mukanya dan menangis. Dan beliau tetap dalam kondisi seperti itu sampai Bilal mengumandangkan adzan shalat” . Aku berkata, “ Wahai Rasulullah saw. apa yang membuat engkau menangis padahal Allah sudah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang? “ Rasul saw. berkata,” Tidak bolehkah aku menjadi hamba Allah yang bersyukur ? (HR Ibnul Mundzir Ibnu Hibban, Ibnu Mardawaih dan Ibnu ‘Asakir ).

Tambahan Nikmat
Refleksi syukur yang dilakukan dengan optimal akan menghasilkan tambahan nikmat dari Allah (ziyadatun ni’mah), dalam bentuk keimanan yang bertambah (ziyadatul iman), ilmu yang bertambah, (ziyadatul ‘ilmi), amal yang bertambah (ziyadatul amal),  rezeki yang bertambah (ziyadatur rizki) dan akhirnya mendapatkan puncak dari kenikmatan yaitu dimasukan ke dalam surga dan dibebaskan dari api neraka. Demikianlah janji Allah yang disebutkan dalam surat Ibrahim 7, Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

-Asfuri Bahri
Read More

Thursday, March 12, 2015

Resensi Buku Non Fiksi - Merancang Karya Tulis Ilmiah

Buku ini disusun berdasarkan hasil penelitian terhadap beraneka jenis karya tulis ilmiah. Penelitian tersebut mencermati karakteristik, struktur, dan aspek kebahasaan dalam karya tulis ilmiah sebagai bahan dasar penulisan buku ini. Oleh karena itu, pada buku ini disajikan contoh dan ilustrasi yang diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami dan mewujudkan suatu karya tulis ilmiah.
Dalam buku ini dikupas mengenai karakteristik karya tulis illmiah, struktur karya tulis ilmiah, juga tentang teknik penyusunan karya tulis ilmiah. Dengan demikian, para pembaca dapat menjadikan buku ini sebagai pedoman atau acuan dalam penyusunan karya tulis ilmiah sehingga tidak ada lagi kegamangan dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya.
Buku ini menjelaskan cara membuat karya tulis ilmiah salah satunya adalah gagasan keilmuan dalam karya tulis ilmiah. Sebagai sebuah tulisan, karya tulis ilmiah menggunakan bahasa sebagai media yang ditandai dengan penggunaan ciri-ciri linguistik. Unsur linguistic yang dominan digunakan dalam karangan ilmiah adalah unsur linguistic pada tataran morfologi, sintaksis, dan wacana yang dilambangkan secara grafis berupa tulisan. Bahasa tulis ilmiah memiliki ciri- ciri tersendiri seperti :

1.      Bahasanya adalah bahasa resmi
2.      Sifatnya formal dan objektif
3.      Nadanya tidak emosional
4.      Keindahan bahasanya tetap dipaerhatikan
5.      Kemubaziran dihindari
6.      Isinya lengkap, ringkas, meyakinkan, dan tepat.

Dalam menulis sebuah karya tulis ilmiah kita juga harus memiliki sikap- sikap ilmiah, antara lain

1.      Sikap ingin tahu
2.      Sikap kritis
3.      Sikap terbuka
4.      Sikap objektif
5.      Sikap rela menghargai pendapat orang lain
6.      Sikap berani mempertahankan kebenaran

Sikap ilmiah sebagaimana diuraikan tersebut idealnya menyatu dalam diri pemikir den panulis karangan ilmiah sebagai ciri seorang ilmuwan dalam berpikir.
Buku ini menjelaskan materi-materi  dalam membuat karya tulis secara terperinci dan jelas. Bahasa yang digunakan merupakan bahasa baku. Kalimatnya cukup menarik sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi si pembaca. Penyampaian isinya juga jelas dan tidak basa- basi sehingga penekanan materinya benar- benar terasa setelah membaca buku ini sampai selesai. Langakah – langkah pembuatan karya tulis dalam buku ini juga disusun secara urut dan sistematis sehingga tidak membingungkan.
Sayangnya, buku ini tidak dilengkapi dengan indeks padahal banyak sekali kata ilmiah yang sulit dipahami oleh orang – orang awam. Buku ini juga kurang dilengkapi dengan gambar – gambar berwarna sehingga kurang menarik. Buku ini kurang cocok untuk dibaca oleh anak – anak dan orang awam karena struktur bahasanya yang rumit serta isi buku yang bermanfaat hanya untuk kalangan tertentu saja.
Buku ini pentas diresensi karena buku ini penting untuk dipublikasikan di kalangan pelajar dan orang – orang yang sedang meneliti suatu permasalahan. Selain itu, buku ini juga wajib disebarluaskan untuk masyarakat karena isinya sangat bermanfaat.
Read More

Wednesday, March 11, 2015

Resensi Novel - Negeri 5 Menara

Pernahkah pembaca berimajinasi untuk berkeliling dunia ? tentu bagi sebagian orang hal tersebut sangatlah menakjubkan. Berkeliling dunia mungkin bukanlah cita- cita yang mudah tercapai terutama bagi masyarakat Indonesia pada umumnya yang memiliki kehidupan ekonomi yang pas-pasan. Namun dengan membaca novel “negeri 5 menara”, tentu pembaca pasti terbawa kedalam jalan cerita novel ini. Sehingga seakan-akan kita sedang berkeliling dunia.
Novel ini cocok dibaca oleh para remaja yang masih menempuh masa- masa sekolah. Karena dengan dengan membaca novel ini akan memotivasi mereka dalam dunia pendidikan.

 IDENTITAS NOVEL :
Judul resensi novel   : Negeri 5 menara
Pengarang                : A.Fuadi
Penerbit                    : PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit             : 2009
Kota Terbit                : Jakarta
Dimensi                     : 20 x 14 cm
Jumlah Halaman       : 424 hal
ISBN                          : 978-979-22-4861-6

Novel ini menceritakan seorang pemuda yang bernama Alif Fikri yang sangat menginginkan untuk bersekolah di SMA Bukit tinggi, Sumatera Barat dengan modal nilai ujian yang cukup bagus. Namun impian itu musnah seketika karena ibunya tidak mengijinkan. Dia ingin Alif bersekolah di Madrasah Aliya yang berbasik agama dengan alasan agar kelak Alif menjadi seorang ustad seperti Buya Hamka. Seumur hidupnya, Alif tidak pernah keluar dari kawasan Minangkabau. Dalam kesehariannya, yang dia lakukan hanya main bola di sawah, berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan. Namun sekarang dia harus meninggalkan Sumatera menuju Jawa Timur. Dengan setengah hati dia mematuhi nasehat ibunya untuk bersekolah di pondok.
Awal mulanya ia sangat kaget dengan segala peraturan ketat dan kegiatan pondok. Beruntungnya, dia menemukan sahabat-sahabat dari berbagai daerah yang benar-benar menyenangkan. Niat setengah hatinya kini menjadi bulat. Dihari pertama di Pondok Madani, Alif terkesima dengan mantera sakti “man jadda wa jadda” . Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dipersatukan dengan hukuman berantai, Alif berteman dengan raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari bandung, dan Baso dari Gowa. Di bawah menara PM, mereka menunggu Magrib. Mereka berlima justru menciptakan mimpi-mimpi lewat imajinasinya menatap langit dan merangkai awan-awan menjadi negeri impian.
Mereka yakin kelak impian itu akan terwujud. Karena mereka yakin akan mantra ampuh yang mereka dapatkan dari Kyai Rais (Guru Besar PM), yaitu man jadda wa jadda, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil.   
Kelebihan dari novel ini antara lain novel ini membuka mata masyarakat luas tentang pembelajaran di pondok tidak hanya agama saja. Disana juga belajar bahasa arab, bahasa inggris, dan kesenian. Selain itu, novel ini mengandung amanat yang luar biasa sebagai motivator para pelajar dimasa sekarang.           
Kelemahan novel ini terletak pada ketebalannya yang cenderung membuat pembaca harus meluangkan waktu yang lama untuk membaca novel ini.

UNSUR INTRINSIK :
Tema                      : Pendidikan
Tokoh Penokohan  : Alif          : Penurut                                
                                 Dumajid  : Mandiri
                                 Ayah       : Membela kebenaran           
                                 Atang      : Percaya diri
                                 Amak      : Rela berkorban                    
                                 Said         : Motivator
                                 Raja        : Percaya diri                          
                                 Baso        : Disiplin
                                 Salman   : Kreatif                                  
                                 Kyai Raif : Suri tauladan
                                 Tyson      : Tegas                                    
                                 Ust Torik : Tegas

Latar                      : Tempat   : Kantor Alif                
                                                  Pondok Madani
                                                  Rumah Alif               
                                                  Apartemen Raja
                                                  Trafalgar Square      
                                                  Rumah Atang
                                                  Rumah Said
                                 Waktu     : Pagi hari       
                                                  Dini hari
                                                  Siang hari
                                                  Malam hari
                                 Suasana  : Sepi
                                                  Emosi
                                                  Takut
                                                  Bahagia
                                                  Sedih

Amanat                       :
Barang siapa bersungguh- sungguh maka cita- citanya akan terwujud
Kita harus patuh terhadap nasehat orangtua
Jangan pernah takut untuk bermimpi
Alur                             : Maju
Gaya Bahasa               : Metafora
                                      Personifikasi
                                      Hiperbola

UNSUR EKSTRINSIK:
Nilai Moral                  : Nilai Ketuhanan
                                      Nilai Moral
                                      Nilai Sosial
                                      Nilai Budaya
                                      Nilai Ekonomi
                                      Nilai Agama

Read More

Resensi Buku - Hikayat Kalilah dan Dimnah

Buku yang berjudul Hikayat Kalilah dan Dimnah merupakan kumpulan hikayat. Dalam buku ini memuat banyak sekali bab yang masing- masing memiliki tema yang berbeda .Terdapat 22 hikayat di dalam buku ini. Cerita ini berasal dari India, dan sekeluarga dengan cerita-cerita seperti Sukasaptati dan Pancatantra yang juga dikenal di Indonesia. Setelah disalin ke dalam bahasa Arab oleh Ibnu Muqaffa barulah cerita ini tersebar luas mengikuti penyebaran agama Islam.

Judul buku                               : Hikayat Kalilah dan Dimnah
Penulis                                     : Baidaba
Penerjemah ke Bahasa Arab  : Abdullah Ibnul Muqaffa
Penyalin dari Bahasa Arab     : Ismail Djamil
Penerbit                                  : Balai Pustaka
Cetakan                                   : Keduabelas
Tahun terbit                            : 2002
Tebal buku                              : 19

Salah satunya hikayat Tikus dengan Kucing Hutan. Yang mengandung nilai permusuhan dan persahabatan tidak kekal selama-lamanya. Kadang-kadang permusuhan berubah jadi persahabatan dan sebaliknya. Setiap perubahan tentu ada sebabnya. Oleh sebab itu, orang cerdik tidak segan berdamai dengan musuhnya jika ada keperluan, tidak malu mengharapkan pertolongan musuh untuk menghindar dari bahaya, atau mendapatkan yang diinginkannya. Seperti perumpamaan tikus dan kucing hutan, ketika sama-sama terperosok ke dalam bahaya, tetapi berkat perdamaian antara keduanya, terlepaslah mereka dari bahaya. Pada pangkal sepohon kayu yang besar, terdapat sebuah lubang tempat tinggal seekor kucing hutan, bernama Rumi. Di dekat lubang terdapat pula liang seekor tikus, bernama Faridun. Tempat itu biasa didatangi pemburu yang hendak menangkap burung dan binatang hutan. Pada suatu hari datanglah seorang pemburu, lalu memasang jaringnya dekat lubang kucing hutan. Rumi pun terperangkap ketika hendak keluar dari lubangnya. Ketika itu keluarlah tikus dari liangnya hendak mencari makan. Dengan hati-hati ia menoleh ke kiri dan ke kanan, kalau-kalau kucing hutan sedang mengintainya. Ketika ia melihat kucing hutan terperangkap dalam jaring pemburu, hilanglah rasa khawatirnya. Tetapi tiba-tiba tidak jauh dihadapannya ,nampak seekor musang  hendak menerkamnya, dan pada cabang kayu di atas kepalanya seekor burung hantu hendak menyambarnya juga. Jika ia lari ke belakang, ia ditangkap kucing hutan, jika maju ke depan musang yang akan menangkapnya, dan jika ia lengah seketika saja, tentu ia disambar burung hantu. Akhirnya tak ada jalan lain bagi tikus kecuali mengajak kucing berdamai. Tikus berjanji akan mengeluarkan kucing dari perangkap, asalkan ia tidak akan dicelakai. Karena sama-sama dalam keadaan bahaya kucingpun menerima perdamaian itu. Melihat tikus dan kucing hutan yang berdamai, akhirnya musang dan burung hantupun pergi. Setelah kedua musuhnya pergi, barulah tikus memutuskan tali yang mengikat kucing ,kecuali seutas tali. Ketika pemburu datang, barulah tikus memutuskan seutas tali itu, kucingpun dapat selamat , dan pemburu tidak mendapatkan apa-apa. 
Dilihat dari isinya buku ini menarik dan tidak membosankan. Di dalam cerita banyak ditemui kandungan nilai, terutama nilai moral dan pendidikan. Sehingga dapat dijadikan bahan renungan. Sindiran-sindiran atau kritik-kritik sosial disampaikan secara halus dan cukup segar. Selain itu, buku ini dapat menghubungkan kita kembali dengan khazanah sastra lama Indonesia yang banyak dipengaruhi sastra Arab, India, dan Persia. Sedang kepada pengarang modern bisa memberikan ilham karena cerita ini kaya dengan fantasi dan imajinasi.
Sayangnya buku ini disajikan dengan bahasa yang rumit dan sulit dipahami, karena menggunakan bahasa melayu. Sehingga tidak cocok dibaca oleh orang awan dan anak-anak. Buku ini lebih cocok dibaca oleh para pelajar maupun pembaca dewasa. Selain itu gambar sampul yang disajikan kurang menarik, dan gambar  cerita yang disajikan kurang jelas dan tidak berwarna.
Read More

Tuesday, March 10, 2015

Esai Puisi Mustofa Bisri - "Keluhan"

Tuhan, Maaf Kami Sedang Sibuk

Ya Allah maafkan kami, karena kesibukan kami bahkan kami tidak “sempat” menekur sujud merendahkan muka kami kepada-Mu, menunjukkan betapa nistanya kami dihadapanmu,  betapa rendahnya kami dihadapanmu.
Kurang lebih begitulah majas ironi yang dilantunkan K.H. Mustafa Bisri dalam puisinya yang berjudul “Keluhan”.  Dengan wasilah puisinya, beliau membuka aib kita tentang ketidakpatuhan dan ketidak tahudirian kita sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya.

KELUHAN
Tuhan, kami sangat sibuk.

Mengapa disebut keluhan ? mengapa tidak diberi judul alasan, maaf, atau padanan kata lainnya ? Karena kita adalah makhluk yang pandai, sangat pandai. Kita tidak hanya pandai memikirkan soal pelajaran disekolah tetapi kita juga pandai sekali untuk mengeluh. Mustofa Bisri sebagai wasilah Allah membukakan pintu hati pembaca betapa kufurnya kita. 
Berapa kali kita mengucap alhamdulillah ketika bangun pagi ?
Berapa kali kita melantunkan syukur saat do’a kita terkabul ?
Sekarang mari kita balik arah pertanyaannya.
Seberapa sering kita mengumpat setiap kali hujan tiba ?
Seberapa sering kita mencela masakan ibu kita ?
Seberapa sering kita mengeluhkan ujian, tugas, dan permasalahan hidup kita ?
Atau mari kita mengganti pertanyaan dengan ungkapan keseharian kita.
                “Ah, panas sekali hari ini.”
                “Ya Allah, kenapa do’aku belum juga terkabul ?”
                “Ya Allah, kenapa aku gagal dalam tes kemarin ?”
Tentu orang pertama yang terdiam tertunduk adalah penulis sendiri. Kita mudah sekali menghitung segala kelemahan kita namun alangkah bodohnya kita menghitung segala nikmat yang telah Dia berikan secara cuma-cuma. “Untunglah Allah Maha Sabar”, begitulah logika kita berkata. Tetapi apakah kita tidak sadar diri sebagai salah satu makhluk ciptaan-Nya ? Di hadapan guru dan teman saja kita tau bagaimana menghormati mereka. Dihadapan Yang Menciptakan guru dan teman kita ? bahkan menciptakan diri kita sendiri ?

KELUHAN
Tuhan, kami sangat sibuk.

Hanya itulah yang disampaikan Mustafa Bisri dalam puisinya. Cukup satu kalimat untuk membuka salah satu aib besar kita. Bahkan beliau tidak menggunakan basa- basi dalam membuat puisinya. Mengapa tidak diberi pengantar agar lebih indah ? Mengapa terlalu to the point ? Jawabannya pastinya sangat bisa ditebak. Benar, karena kita sedang sibuk, bisa jadi kata “sedang” bisa kita ganti menjadi “sangat”. Karena begitu sangat sibuknya, hanya itu yang disampaikan kita kepada Tuhan. Tidak lebih, tidak kurang. Begitu sibuknya kita sehingga kita melupakan Pencipta kita.
Saat lantunan adzan berbunyi, sadarkah kita bahwasanya Allah tidak hanya menyuruh kita sholat namun kita juga dijanjikan kemenangan. “Hayya ‘alalfalah”, mari kita menuju kemenangan. Namun bagai seorang tuna rungu, sikap kita malah tak acuh dan mengabaikannya. Kita terlalu asik dengan gurauan dan candaan kita, bahkan kita malah mengejar dunia yang padahal kita sendiri tak akan pernah menang. Semua itu karena, dunia adalah kesenangan yang menipu.
Begitu sibuknya kita sehingga kita tidak punya waktu untuk menemui Rabb kita. Jangankan Jama’ah, bahkan munfarid pun masih kita tunda- tunda. Jangankan tahajud dan dhuha, bahkan sholat lima waktu pun kami keberatan. Begitulah ungkapan tersirat sebagian orang yang insya Allah bukanlah para pembaca. Karena apa ? kita terlalu sibuk mengejar dunia. Padahal semua yang kita kejar tak akan berarti apa- apa.  Dan cobalah melihat paragraf pertama dari tulisan ini. Mengapa kata “sempat” harus diberi tanda petik ? Karena untuk menghadap Rabb saja kita harus menyempatkan di sela-sela kesibukan yang tiada guna, kita menggunakan waktu luang sedemikian sedikitnya yang menurut kita kurang berharga untuk menyembah Tuhan kita. Astaghfirullah.

KELUHAN
Tuhan, kami sangat sibuk.

Tentu, sudah menjadi realita bahwa kita telah terjerat oleh perlombaan dunia. Dan tulisan ini murni menjadi pengingat bagi diri penulis. Dimana hanya prospek gaji yang dikedepankan, Ketenaran yang dikejar, dan jabatan yang diperebutkan. Seharusnya kita meneladani sahabat Rasulullah yakni khalifah Ali RA yang berdo’a, “Ya Allah, letakkan dunia ditanganku dan letakkan akhirat dihatiku.” Barang siapa mengejar dunia maka ia akan menghinakannya, barang siapa mengejar akhirat maka dunia akan mengikutinya. Begitulah kata yang kita anggap “pasaran” yang sudah berulang kali masuk ke otak kita. Tapi mengapa hati kita tak juga tergugah ? Mungkin masing- masing dari kita perlu memborong cermin besar, cermin itu bukanlah cermin kebanyakan, ialah cermin hati, tempat dimana kita seharusnya meletakkan akhirat, bukan dunia.

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir".  (QS. Al- Ma'arij: 19-21)

Mustofa Bisri mengingatkan kita pada ayat tersebut, bagaimana Allah menyindir tingkah laku kita yang notabene makhluk-Nya. Karya Mustofa Bisri ini merupakan salah satu tafsir dari ayat tersebut. Namun, masih ada kelanjutannya.
"Allah berfirman: kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu senantiasa mengerjakannya". (Al Ma'arij: 22-23)

"dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)." (QS. Al Maarij: 24-25)

Betapa menyindirnya puisi milik Mustofa Bisri. Memang kita tidak ingin dicap “kikir” dan “suka berkeluh kesah”, namun satu bait puisi beliau membuka kenyataan. “Ya mau bagaimana lagi ? kami kan sibuk.” Tetapi, apakah kita akan mengucapkan kata dan mengungkapkan rasa itu lagi ? hanya diri kita masing- masing dan Tuhan yang tahu.
Read More